🌩️ Puisi Hatiku Selembar Daun Karya Sapardi Djoko Damono
Bacajuga: Makna Puisi Hatiku Selembar Daun Karya Sapardi Djoko Damono. Makna puisi Sajak Kecil Tentang Cinta . Puisi dengan enak baris tersebut terlihat singkat namun memiliki makna yang cukup mendalam. Puisi di atas bertema cinta, baik cinta kepada pasangan, keluarga, sahabat, dan masih banyak lainnya.
PuisiSapardi Djoko Damono, berjudul Hatiku Selembar Daun, adalah satu sajak yang dapat dianalisis secara semiotik. Sajak ini sendiri pernah dianalisis strukturnya oleh peneliti sebelumnya. (Yanti, Beding, & Susanti, 2016) dalam jurnalnya, menganalisis bahwa secara struktur batin, puisi tersebut mengangkat tema ketuhanan.
frPF. - Sapardi Djoko Damono mulai aktif menulis puisi sejak tahun 1957, ketika masih menjadi murid SMA. Beberapa buku puisi Sapardi Djoko Damono di antaranya Perahu Kertas, Sihir Hujan, Hujan Bulan Juni, dan lain-lain. Salah satu puisi Sapardi Djoko Damono adalah Hatiku Selembar Daun yang ditulis pada tahun 1984. Puisi ini ditulis dengan kata-kata yang rapi dan indah. Berikut puisinya Hatiku Selembar Daun hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput;nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di siniada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput;sesaat adalah abadi sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi. Sihir Hujan, 1984 Baca juga Makna Puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar Makna puisi Hatiku Selembar Daun Dilansir dari jurnal Analisis Semiotika Dalam Puisi "Hatiku Selembar Daun" Karya Sapardi Djoko Damono 2018 oleh Pipin Pirmansyah dan kawan-kawan, makna puisi Hatiku Selembar Daun erat kaitannya dengan tema Ketuhanan. Puisi ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seseorang yang diibaratkan sebagai selembar daun. Sapardi membuat hubungan antara petanda dan penanda dengan cara menggambarkan manusia yang akan menemui ajalnya sebagai petanda, dengan selembar daun sebagai penandanya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
- Hampir semua orang Indonesia pasti tahu Sapardi Djoko Damono, sastrawan yang terkenal dengan karya puisi-puisinya. Saking populernya, beberapa puisi Sapardi Djoko Damono bahkan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Tak hanya itu, salah satu puisi karya Sapardi Djoko Damono berjudul Hujan Bulan Juni, diangkat menjadi sebuah film. Enggak heran kalau kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono sering dibuat musikalisasi oleh para Sapardi Djoko DamonoAda banyak puisi Sapardi Djoko Damono yang terkenal sampai sekarang, berikut INDOZONE bagikan puisi karya Sapardi Djoko Damono yang paling terkenal. 1. Yang Fana Adalah Waktu Ilustrasi waktu pexels/dreamypixelYang Fana Adalah Waktu adalah salah satu puisi ciptaan Sapardi Djoko Damono yang ada di dalam buku antologi sajak Hujan Bulan fana adalah waktu. Kita abadimemungut detik demi detik, merangkainya seperti bungasampai pada suatu harikita lupa untuk apa"Tapi,yang fana adalah waktu, bukan?"tanyamu. Kita Hujan Bulan JuniIlustrasi hujan di bulan Juni pexels/weekendplayerHujan Bulan Juni merupakan kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono yang terdiri atas 102 puisi yang ditulis dari tahun 1964 sampai ada yang lebih tabahdari hujan bulan Junidirahasiakannya rintik rindunyakepada pohon berbunga itutak ada yang lebih bijakdari hujan bulan Junidihapusnya jejak-jejak kakinyayang ragu-ragu di jalan itutak ada yang lebih arifdari hujan bulan Junidibiarkannya yang tak terucapkandiserap akar pohon bunga itu3. Aku InginIlustrasi kayu api pexels/vadimmarkinDari sekian banyak puisi yang diciptakan Sapardi Djoko Damono, Aku Ingin termasuk puisi yang paling romantis meski menggunakan kata-kata ingin mencintaimu dengan sederhanadengan kata yang tak sempat diucapkankayu kepada api yang menjadikannya abuAku ingin mencintaimu dengan sederhanadengan isyarat yang tak sempat disampaikanawan kepada hujan yang menjadikannya tiada19894. Sajak Kecil Tentang CintaIlustrasi puisi Sapardi Djoko Damono pexels/pixabaySajak Kecil Tentang Cinta merupakan puisi Sapardi Djoko Damono yang terdapat di dalam buku berjudul Melipat angin harus menjadi siutMencintai air harus menjadi ricikMencintai gunung harus menjadi terjalMencintai api harus menjadi jilatMencintai cakrawala harus menebas jarakMencintai-Mu harus menjelma aku5. Pada Suatu Hari NantiIlustrasi siang hari pexels/reneasmussenMelalui puisi Pada Suatu Hari Nanti, Sapardi Djoko Damono ingin mengingatkan bahwa kematian bisa datang kapan suatu hari nanti,Jasadku tak akan ada lagi,Tapi dalam bait-bait sajak ini,Kau tak akan kurelakan suatu hari nanti,Suaraku tak terdengar lagi,Tapi di antara larik-larik sajak akan tetap kusiasati,Pada suatu hari nanti,Impianku pun tak dikenal lagi,Namun di sela-sela huruf sajak ini,Kau tak akan letih-letihnya HanyaIlustrasi burung pexels/pixabayMeski judulnya singkat, puisi karya Sapardi Djoko Damono yang satu ini memiliki makna yang sangat mendalam dan menyentuh suara burung yang kau dengardan tak pernah kaulihat burung itutapi tahu burung itu ada di sanaHanya desir angin yang kaurasadan tak pernah kaulihat angin itutapi percaya angin itu di sekitarmuHanya doaku yang bergetar malam inidan tak pernah kaulihat siapa akutapi yakin aku ada dalam dirimu7. Menjenguk Wajah di KolamIlustrasi kolam pexels/saunak-shah-1169776Menjenguk Wajah di Kolam mengisahkan seorang gadis yang sedang merasa kesepian, makanya puisi ini ada di dalam buku kumpulan puisi Perihal kau ulang lagimenjengukwajah yang merasasia-sia, yang putihyang sekali-kali membayangkanWajahmu sekali-kali. Berjalan ke Barat di Waktu Pagi HariIlustrasi pagi hari pexels/omar-ramadan-1739260Puisi Sapardi Djoko Damono yang paling terkenal salah satunya yaitu Berjalan ke Barat di Waktu Pagi berjalan ke barat di waktu pagi harimatahari mengikutiku di belakangAku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiriyang memanjang di depanAku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kamiyang telah menciptakan bayang-bayangAku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kamiyang harus berjalan di depan9. Ruang TungguIlustrasi ruang tunggu pexels/donaldtong94Ruang Tunggu dimuat dalam buku kumpulan sajak milik Sapardi yang berjudul Ayat-Ayat yang terasa sakitdi pusat perutnyaia pun pergi ke dokterbelum ada seorang pun di ruang tunggubeberapa bangku panjang yang kosongtak juga mengundangnya dudukia pun mondar-mandir sajamenunggu dokter memanggilnyanamun mendadak seperti didengarnyasuara yang sangat lirihdari kamar periksaada yang sedang menyanyikanbeberapa ayat kitab suciyang sudah sangat dikenalnyatapi ia seperti takut mengikutinyaseperti sudah lupa yang manamungkin karena ia masih inginsembuh dari sakitnya10. Hatiku Selembar DaunIlustrasi daun pexels/lum3n-44775Sapardi Djoko Damono menulis Hatiku Selembar Daun pada tahun 1984. Berbeda dengan karya lainnya, puisi ini mengangkat tema tentang selembar daunmelayang jatuh di rumput;Nanti dulu,biarkan aku sejenak terbaring di sini;ada yang masih ingin kupandang,yang selama ini senantiasa luput;Sesaat adalah abadisebelum kausapu tamanmu setiap Kuhentikan HujanIlustrasi hujan pixabay/Photorama Sama seperti Hujan Bulan Juni, puisi Sapardi Djoko Damono yang satu ini menceritakan tentang hujanKini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahanAda yang berdenyut dalam dirikuMenembus tanah basahDendam yang dihamilkan hujanDan cahaya matahariTak bisa kutolakMatahari memaksaku menciptakan bunga-bunga12. Akulah Si TelagaIlustrasi telaga pixabay/nagageni44Akulah Si Telaga bercerita mengenai perjalanan hidup manusia yang bisa berjalan panjang maupun si telagaberlayarlah di atasnya;berlayarlah menyibakkan riak-riak kecilyang menggerakkan bunga-bunga padma;berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu sajaperahumu biar aku yang kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono yang paling terkenal dari karya sastranya. Mana nih puisi favorit kamu?Artikel Menarik Lainnya Pengertian Majas Personifikasi Lengkap dengan Contohnya 50+ Kata-Kata Indah dari Bahasa Indonesia yang Jarang Diketahui 8 Puisi Maulid Nabi Tentang Rasulullah yang Menyentuh Hati
Puisi Hatiku Selembar Daun Sapardi Djoko Damono Puisi Hatiku Selembar Daun Sapardi Djoko Damono Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput Kamis, 3 September 2020 0752 Djoko Damono, penyair Indonesia angkatan 1970-an. Puisi Hatiku Selembar Daun Sapardi Djoko Damono - Puisi Hatiku Selembar Daun Sapardi Djoko Damono Hatiku Selembar Daun Hatiku selembar daunmelayang jatuh di rumputNanti dulubiarkan aku sejenak terbaring di siniada yang masih ingin kupandangyang selama ini senantiasa luputSesaat adalah abadisebelum kausapu tamanmu setiap pagi *
puisi hatiku selembar daun karya sapardi djoko damono